Nabi Musa

Izuan
nabi musa

Nabi Musa a.s ialah antara 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui. Baginda juga tergolong dalam rasul Ulul Azmi. Musa a.s diutuskan kepada kaum bani Israel dan hidup sezaman dengan Firaun. Dalam kitab Bible, Nabi Musa dikenali sebagai Moses.

Kisah Nabi Musa

Mimpi Firaun

Sebelum kelahiran Nabi Musa, Firaun telah mendapat satu mimpi yang membuat dia tidak senang duduk. Dalam mimpi itu, Firaun melihat api datang dari arah Baitul Maqdis menuju ke Mesir dan memberi kesan kepada penduduk Mesir kecuali Kaum Bani Israel. Maka ahli nujum dan penafsir mimpi dikumpulkan untuk menafsir mimpi tersebut.

Sebahagian besar dari mereka mengatakan jika akan lahir seorang anak laki-laki dari kalangan Bani Israil yang dapat menghancurkan Mesir. Kesannya, hampir setiap bayi yang lahir dari kalangan Bani Israel akan dibunuh.

Kelahiran Nabi Musa

Musa a.s merupakan anak lelaki daripada pasangan Imran dan Yukabad. Melihat keadaan yang getir itu, ketika Yukabad sarat mengandung dan tiba saat untuk melahirkan, Imran membawanya ke sebuah gua. Setelah 3 bulan kelahiran, keadaan masih tidak stabil, maka ibu Nabi Musa a.s membuat keputusan untuk menghanyutkan anaknya ke sungai.

Tindakan ini yang kelihatan tidak masuk akal ini merupakan salah satu rencana Tuhan, seperti mana disebut dalam al-Quran,

38. Ketika Kami ilhamkan kepada ibumu, dengan memberitahu kepadanya

39. Letakkanlah anakmu di dalam peti, kemudian lepaskanlah peti itu ke laut, maka biarlah laut itu membawanya terdampar ke pantai, supaya dipungut oleh musuhKu dan musuhnya; dan Aku telah tanamkan dari kemurahanKu perasaan kasih sayang orang terhadapmu; dan supaya engkau dibela dan dipelihara dengan pengawasanKu.

(Surah Taha : 38-39)

Dengan berat hati ibu Nabi Musa meletakkan anaknya di dalam peti dan menghanyutkannya di sungai Nil.

Dengan izin Allah, peti itu ditemui oleh Asiyah iaitu isteri Firaun. Asiyah kemudian membawanya pulang, kerana berasa belas terhadap bayi itu. Firaun pada mulanya, ingin serta merta membunuh, kerana khuatir mungkin bayi ini yang akan menjatuhkan kerajaan dia, tetapi setelah dipujuk oleh Asiah, Firaun membenarkannya.

Bertemu kembali dengan ibunya

Hati ibu mana yang tidak hancur melihat anaknya hanyut dibawa arus sungai. Takdir Allah itu hebat. Setelah menjadikan Musa a.s sebagai anak angkat, Asiyah mencari pengasuh dan ibu susuan untuk Musa a.s, namun tidak berjaya. Ringkasnya, ibu Nabi Musa sendiri datang untuk menyusukan anaknya.

Al-Quran menghuraikan peristiwa itu:

“Ketika saudara perempuanmu pergi mencarimu lalu berkata kepada orang-orang yang memungutmu:” Mahukah, aku tunjukkan kamu kepada orang yang boleh memeliharanya?” Maka dengan jalan itu Kami mengembalikanmu kepada ibumu supaya tenang hatinya dan supaya ia tidak berdukacita kerana bercerai denganmu; [Taha : 40]

Membawa diri ke Madyan

Pada waktu remaja, ketika nabi Musa berjalan-jalan di kota, baginda ternampak dua orang yang sedang bergaduh. Seorang merupakan bani Israel, manakala seorang lagi merupakan bangsa Firaun. Ketika meleraikan pergaduhan, nabi Musa tidak sengaja mencederakan bangsa Firaun dan orang itu mati.

Firaun mendapat khabar tentang perkara tersebut. Musa a.s khawatir mengundang murka Firaun, telah keluar dari Mesir dan membawa diri ke Madyan

Berkahwin dengan puteri Nabi Syuaib

Beliau berjalan tanpa arah dan tujuan, tetapi selepas lapan hari, beliau sampai di kota Madyan, iaitu kota Nabi Syu’aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestin.

Sekelompok orang yang sedang mengambil air sekitar sumur untuk memberikan minum hewan ternak masing-masing diantaranya. Disisi lain ada dua perempuan yang berdiri di sekitarnya saja.

Lantas Musa bertanya kepada keduanya tentang alasan mengapa tidak mendekati sumur dan berebut air untuk memberi minuman kepada ternaknya. Mereka pun menjawab bahawa seorang perempuan tentu tenaganya tidak sekuat laki-laki. Akhirnya nabi Musa menolong mereka berdua.

Kemudian perempuan itu mengajak bertemu ayahnya, Nabi Musa bersetuju maka bertemulah Nabi Musa dan Nabi Syuaib. Nabi Syuaib kemudian menawarkan salah seorang anak gadisnya untuk dinikahi oleh Nabi Musa dengan syarat Musa a.s bekerja dengannya. Nabi Musa menerima tawaran itu dan berkahwin dengan seorang wanita bernama Saffurah.

Kembali Ke Mesir dan Diangkat Menjadi Rasul

Setelah beberapa tahun hidup di Madyan, Musa a.s memutuskan untuk kembali ke Mesir bersama isterinya.

Pada suatu malam, di tengah perjalanan dengan cuaca yang sangat dingin, Musa tersesat. Sedangkan dirinya tidak memiliki secercah cahaya atau lampu sebagai penerang. Tiba-tiba, ia melihat suatu cahaya di balik sebuah bukit. Maka, ia memerintahkan isterinya untuk menunggu sementara di tempat mereka berteduh. Musa pun segera mencari tahu asal atau sumber cahaya itu. Musa mengira, cahaya itu adalah api.

Hal ini dikisahkan di dalam Al-Qur’an,

Apakah Telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: ‘Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu’. Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: ‘Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.” (QS. Thaha, 20: 9 – 15)

Sepertimana rasul-rasul yang lain, tugas mereka ialah menyampaikan kebenaran dan menyuruh kepada mengesakan Tuhan. Allah memerintahkan Nabi Musa pergi kepada Firaun.

“Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya ia telah melampaui batas dalam kekufurannya. “Kemudian hendaklah kamu berkata kepadanya, dengan kata-kata yang lemah-lembut, semoga ia beringat atau takut”. (QS Taha : 43-44)

Nabi Musa dan Firaun

 Lalu Musa ‘alaihissalam meminta kepada Tuhannya untuk mengutus pula saudaranya Harun untuk menjadi pendampingnya dalam menyampaikan risalah.

“Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataanku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.” Allah berfirman: “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.” (QS. Al-Qashshash, 34: 28)

Musa a.s pun pergi bersama Harun a.s bertemu Firaun dan menyampaikan risalah tauhid, menyeru kepada Tuhan Yang Esa.

Firaun terkejut lalu mencabar Musa a.s menunjukkan bukti jika beliau berada di pihak yang benar.

Mukjizat Nabi Musa

Musa ‘alaihissalam  melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat tersebut berubah menjadi ular, dan Ia masukkan tanganya ke dalam dadanya dan dikeluarkannya kembali, tiba-tiba keluar cahaya yang terang seperti cahaya matahari memancar dari tangannya.

Firaun berasa tercabar dan menyuruh ahli sihirnya melawan Nabi Musa. Mereka melontar tongkat menjadi ular. Tetapi, semua ular ahli sihir dimakan oleh ular Nabi Musa. Kisah ini tercatat dalam al-Quran di (QS. Al-A’raf, 7: 115)

Melihat mukjizat itu, semua ahli sihir tersebut beriman kepada Allah swt. Firaun mengancam bunuh, tetapi mereka tetap teguh dengan pendirian mereka. Kemudian, ramai antara mereka mati syahid akibat dibunuh oleh firaun dengan cara menyalib dan memotong kaki dan tangan.

Firaun ingin membunuh Musa a.s

Firaun berasa khuatir dengan perkembangan dakwah Musa a.s, maka dia pun mengadakan mesyuarat untuk membunuh Musa a.s.

“Dan berkata Fir’aun (kepada pembesar-pembesarnya): ‘Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi’”. (QS. Al-Mu’min, 40: 26)

Menariknya, dalam mesyuarat itu ada seorang mukmin yang turut serta. Kisah ini disebut dalam al-Quran :

“Orang yang beriman itu berkata: ‘Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab. Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun? Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat, dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. dan Aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya’. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.”

Musa a.s dan Bani Israel keluar dari Mesir

Allah Ta’ala berfirman,

 “Dan kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: ‘Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena Sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli’” (QS. As-Syu’ara, 26: 52)

Besar kemungkinan mengapa Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam untuk berhijrah adalah disebabkan karena Fir’aun bermaksud menganiaya Musa dan pengikutnya habis-habisan. Allah SWT mengijinkan Rasul-Nya hijrah demi menghindari penganiyaan musuh, dan menyelamatkan orang-orang mu’min dari bencana yang menimpa agamanya.

Tatkala Fir’aun  dan bala tentaranya mengejar, Allah SWT telah merencanakan bahwa mereka akan ditenggelamkan, sementara Musa ‘alaihis salam dan pengikutnya akan diselamatkan.

 “Lalu kami wahyukan kepada Musa: Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS. As-Syu’ara, 26: 63)

Ayat ini menjelaskan bahwa setelah Nabi Musa ‘alaihis salam memukulkan tongkatnya ke tepi lautan, maka tiba-tiba terbelahlah lautan tersebut dan terbentanglah jalan yang kering yang menghubungkan kedua garis pantai, lalu Nabi Musa dipesankan oleh Allah agar  jangan takut dan khawatir tertangkap oleh Fir’aun,

 “Kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”. (QS Thaha, 20: 77)

Fir’aun mengejar Nabi Musa dan menyeberangi lautan. Sesampainya di tengah lautan, lautan yang terbelah itu kembali menyatu dan menenggelamkan Fir’aun beserta balatentaranya.

“Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. Dan Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.” (QS. Thaha, 20: 78 – 79)

“….hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: ‘Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’”. (QS. Yunus, 10: 88)

Tetapi semuanya telah terlambat…

Kisah lengkap – Nabi Musa a.s VS Firaun Yang Zalim

Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest
Inline Feedbacks
Lihat Komen Sebelum Ini