Kisah berkenaan Bal’am bin Ba’ura ini boleh dikategorikan sebagi kisah Israiliyat, jangan terlalu percaya dan tidak bermakna semuanya rekaan, bersederhanalah ketika membacanya.
Bal’am bin Ba’ura ialah seorang ulama di kalangan Bani Israel, dan hidup pada zaman Nabi Musa. Antara kurniaan Allah kepadanya ialah mempunyai ilmu yang luas dan doanya makbul.
Tetapi malangnya, dia telah menyalahgunakan kelebihannya dan mengundang murka daripada Allah SWT. Seperti firmanNya:
Dan bacakanlah kepada mereka (wahai Muhammad), khabar berita seorang yang kami beri kepadanya (pengetahuan mengenai) ayat-ayat (Kitab) Kami. kemudian ia menjadikan dirinya terkeluar dari mematuhinya, lalu ia diikuti oleh Syaitan (dengan godaannya), maka menjadilah dari orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami kehendaki nescaya Kami tinggikan pangkatnya dengan (sebab mengamalkan) ayat-ayat itu. Tetapi ia bermati-mati cenderung kepada dunia dan menurut hawa nafsunya; maka bandingannya adalah seperti anjing, jika engkau menghalaunya: ia menghulurkan lidahnya termengah-mengah, dan jika engkau membiarkannya: ia juga menghulurkan lidahnya termengah-mengah. Demikianlah bandingan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu supaya mereka berfikir.
(al-A’raf: 175-176)
“Ketika Nabi Musa ‘alaihissalam datang ke wilayah kekuasaan seorang penguasa yang bengis bersama para pengikutnya, para kerabat dan anak saudara Bal’am datang menemui Bal’am lalu berkata: “Musa itu orang yang keras dan mempunyai pasukan yang besar. Kalau dia menang tentulah dia akan membinasakan kami. Maka doakanlah kepada Allah agar Dia menjauhkan Musa beserta pasukannya.”
Kata Bal’am: “Sesungguhnya, kalau aku berdoa kepada Allah agar menghalau Musa dan orang-orang yang bersamanya, tentulah hilang dunia dan akhiratku.”
Menurut pernyataan Ibnu Abbas dan lainnya, Bal’am mengetahui nama Allah yang paling agung, dan kaumnya memintanya untuk mendoakan keburukan kepada Musa dan kaumnya, tapi Bal’am tidak memenuhi permintaan mereka itu.
Namun, mereka terus mendesak, akhirnya Bal’am naik keldai miliknya, lalu pergi ke arah perkemahan Bani Israil. Setelah melihat mereka dari kejauhan, keledainya terjatuh, Balʼam kemudian memukulnya hingga keledai berdiri. Setelah itu keledai berjalan tidak terlalu jauh, dan kembali terjatuh.
Ba’lam kembali memukul lebih keras dari yang pertama, keledai kemudian berdiri, setelah itu terjatuh lagi, Bal’am kembali memukulnya, kemudian atas kuasa Allah-keledainya berbicara, ‘Wahai Bal’am! Kau mau ke mana? Apa kau tidak melihat malaikat- malaikat di depanku ini, mereka mengalihkan wajahku ini. Apa kau mau menghampiri Nabi Allah dan kaum mukminin untuk mendoakan keburukan kepada mereka?’ Balʼam tidak mau turun, malah memukul keledainya, keledai membawanya hingga ia tepat berada di atas Musa dan kaumnya, di atas puncak gunung Husban.
Ia melihat ke arah perkemahan Musa dan Bani Israil. Ia kemudian bermaksud untuk mendoakan keburukan kepada Musa dan Bani Israil, namun lidahnya tidak mampu mengucapkan selain doa kebaikan untuk Musa dan kaumnya, justru kaumnya sendiri yang ia doakan keburukan. Kaumnya kemudian mencela Bal’am karena hal tersebut, Bal’am lalu mengemukakan alasan pada mereka, karena itulah yang terucap oleh lisannya. Lidahnya kemudian menjulur sampai ke dada.
Setelah melihat doanya tidak dikabulkan, Balʼam kemudian berkata kepada kaumnya, “Begitulah, setiap aku mendoakan kejelekan buat mereka tidak dikabulkan doaku. Tapi aku akan tunjukkan kepada kamu satu hal yang semoga saja dapat menjadi sebab kebinasaan mereka. Sesungguhnya Allah membenci perzinaan, dan kalau mereka jatuh dalam perbuatan zina, niscaya mereka pasti binasa, dan aku berharap Allah menghancurkan mereka. Maka keluarkanlah para wanita menemui mereka. Karena mereka itu para musafir, mudah-mudahan mereka terjerumus dalam perzinaan lalu binasa.”
Bal’am kemudian memerintahkan kaumnya agar menghias kaum wanita di antara mereka, lalu mereka dikirim untuk menjual barang- barang, sekaligus menawarkan para wanita tersebut kepada mereka agar mereka jatuh dalam perbuatan zina.
Setelah sebagian besar mereka terjerumus dalam perbuatan zina, Allah Subhanahu wa Ta’ala kirimkan wabah tha’un sehingga menewaskan tujuh puluh ribu orang dari mereka. Setelah pelaku zina dibunuh, barulah wabak tha’un itu diangkat.
Wallahualam