Siapakah Kaum Tsamud, mengapa kaum Tsamud di ceritakan dalam al-Quran?
Jom ambil pengajaran daripada kisah antara Nabi Saleh dan Kaum Tsamud.
Isi Kandungan
Asal Kaum Tsamud
Kaum Tsamud adalah sebuah kabilah yang masyhur. Tsamud adalah nama kakek mereka, saudara Judais. Keduanya adalah anak Atsir bin Iram bin Sam bin Nuh. Mereka adalah bangsa Arab ‘aribah’. Kaum Tsamud tinggal di Hijir, sebuah kawasan terletak di antara Hijaz dan Tabuk. Rasulullah pernah melewati kawasan ini bersama pasukan muslimin dalam perjalanan beliau menuju Tabuk.
Tsamud adanya setelah kaum Ad, tetapi tidak mengambil pelajaran dari kisah kaum Ad. Kaum Tsamud menyembah berhala seperti halnya kaum Ad.
Kelebihan Kaum Tsamud
Nabi Saleh diutus di tengah kaum Tsamud, untuk mengingatkan mereka agar taat kepada Tuhan, setelah diberi nikmat yang pelbagai.
Firman Allah SWT
“Adakah (kamu fikir), bahawa kamu akan dibiarkan sentiasa bersenang-senang dalam nikmat-nikmat yang ada di dunia ini?
“Di dalam taman-taman (yang indah permai), dan matair-matair (yang mengalir),
“Dan kebun-kebun tanaman serta pohon-pohon tamar (kurma) yang buah mayangnya halus lembut?
“Dan kamu memahat sebahagian dari gunung-ganang sebagai tempat tinggal – dengan bijak dan bersungguh-sungguh?
(As-Shuara: 146-149)
Allah membolehkan mereka membangun rumah di tempat datar di bumi, dan memahat gunung ganang sebagai tempat tinggal. Yaitu pandai dalam membuat, menata dan memperkukuh rumah-rumah tersebut.
Sifat Kaum Tsamud
Setelah Nabi Shalih menasihati dengan lembut, kaum Tsamud berkata, “Sesungguhnya, kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir.” (Asy-Syu’arâ`: 153). Yaitu termasuk orang-orang yang terkena sihir. Maksud mereka, Nabi Salih terkena sihir, tidak mengerti apa yang diucapkan kala menyeru kaum Tsamud untuk beribadah kepada Allah semata yang tiada memiliki sekutu, dan meninggalkan sembahan-sembahan lain. Demikian penjelasan majoriti ahli tafsir.
Kemudian, berkata kaum Tsamud, “Engkau hanyalah manusia seperti kami, Maka datangkanlah sesuatu mukjizat jika engkau termasuk orang yang benar.” (Asy-Syu’arâ`: 154) Mereka meminta agar Shalih a.s menunjukkan mukjizat sebagai bukti kebenaran ajaran yang ia sampaikan.
Nabi Soleh berkata: “Ini adalah seekor unta betina, (di antara cara-cara hidupnya ialah) air kamu hendaklah menjadi bahagian minumnya sehari, dan bahagian kamu sehari, menurut giliran yang tertentu. “Dan janganlah kamu menyentuhnya dengan sesuatu yang menyakitinya; (jika kamu menyakitinya) maka akibatnya kamu akan dibinasakan oleh azab seksa hari yang besar (huru-haranya)”. (Asy-Syu’arâ`: 155-156)
Sebab Kemusnahan Kaum Tsamud
Allah berfirman, “Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, ‘Wahai Shalih! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul.” (Al-A’râf: 77).
Dengan kata-kata ini, mereka telah mengundang azab Allah atas beberapa alasan:
1. Menentang Allah dan rasul-Nya dengan melanggar larangan tegas menyembelih unta yang dijadikan Allah sebagai mukjizat bagi mereka.
2. Meminta agar siksaan disegerakan dan menimpa mereka. Karena itu, mereka berhak menerima siksa itu karena dua alasan:
Pertama; seperti yang telah disyaratkan bagi mereka dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa (azab).” (Hûd: 64). Ayat lain menyebut, “Nanti kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat.” (Asy-Syu’arâ`: 156). Lainnya menyebutkan, “Nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.” (Al-A’râf: 73). Semua ini benar adanya.
Kedua; mereka sendiri yang meminta agar seksa disegerakan.
3. Mendustakan rasul yang nubuwah dan kebenarannya dikuatkan oleh bukti nyata, mereka sendiri mengetahui bukti kebenaran itu dengan pasti. Namun kekafiran dan kesesatan jua yang mendorong mereka untuk membangkang, serta menganggap kebenaran dan siksa sebagai sesuatu yang mustahil. Allah berfirman, “Maka mereka menyembelih unta itu, kemudian dia (Shalih) berkata, Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan’.” (Hûd: 65).
Azab bagi Kaum Tsamud
Allah mengirim bebatuan yang menimpa mereka yang hendak membunuh Nabi Shalih, hingga mereka semua binasa, sebagai siksaan yang disegerakan sebelum mereka mati.
Pada hari Khamis, hari pertama selama masa penantian selama tiga hari—wajah-wajah kaum Tsamud berubah pucat, tepat seperti yang diancamkan Nabi Shalih. Pada petang harinya, mereka sama-sama meneriakkan, “Satu hari penantian itu telah berlalu.”
Pada pagi hari kedua selama tiga hari penantian, yaitu hari Jum’at, wajah mereka berubah merah. Pada petang harinya, mereka saling meneriakkan, “Dua hari penantian itu telah berlalu.”
Pada pagi hari ketiga selama tiga hari yang dinantikan untuk bersenang-senang, yaitu hari Sabtu, wajah mereka berubah hitam. Kemudian pada sore harinya mereka saling meneriakkan, “Masa penantian itu berlalu sudah.”
Pada Ahad pagi, mereka mengenakan kamper(kapur barus), bersiap-siap, dan duduk menantikan azab, siksa, dan hukuman apa yang akan menimpa. Mereka tidak tahu akan diperlakukan seperti apa, dan dari arah mana siksaan itu tiba.
Saat matahari terbit, datanglah suara menggemuruh dari langit di atas mereka, bumi yang ada di bawah mereka berguncang hebat, hingga nyawa mereka melayang, semuanya diam tidak bergerak, suasana senyap tanpa suara. Terjadilah ancaman yang disampaikan, hingga mereka bergelimpangan di bawah reruntuhan rumah-rumah mereka. Mereka berubah menjadi bangkai-bangkai tanpa nyawa dan tidak bergerak.
Para ahli tafsir menyebutkan, tak seorang pun tersisa selain seorang budak wanita lumpuh, namanya Kalbah binti Salaq-sumber lain menyebut namanya Dzari’ah. Ia sangat ingkar dan memusuhi Nabi Salih. Saat melihat azab menimpa, ia menjulurkan kaki dan berdiri, lalu berlari sekencang mungkin, kemudian mendatangi salah satu perkampungan Arab dan memberitahukan kejadian yang ia lihat dan siksaan yang menimpa kaumnya. Ia kemudian meminta air minum pada mereka, dan setelah minum, ia mati.
Allah berfirman, “Seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu,” yaitu mereka seakan-akan belum pernah menempati negeri itu dengan keleluasaan rezeki dan kekayaan. “Ingatlah, kaum Tsamud mengingkari Rabb mereka. Ingatlah, binasalah kaum Tsamud.” (Hûd: 68)
Semoga dapat menjadi pelajaran untuk kita semua, untuk tidak bermain-main dengan janji Tuhan.
Wallahua’lam