Nabi Sulaiman ialah utusan Allah setelah Nabi Daud. Sulaiman a.s. memiliki kerajaan yang besar, merupakan raja kepada manusia dan haiwan.
Isi Kandungan
Pengenalan
Nabi Sulaiman a.s. (سليمان) merupakan anak Nabi Daud a.s. Sulaiman ibn Dāwūd (Bahasa Arab: سُلَيْمَان بْن دَاوُوْد, Sulaiman anak Daud) ialah, menurut Al-Quran, seorang Malik (مَلِك, Raja) dan Nabī (Nabi) dari Bani Israil.
Allah berfirman, “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia (Sulaiman) berkata, Wahai manusial Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata’.” (An-Naml: 16).
Yaitu mewarisi kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta benda, karena Dawud memiliki anak lain selain Sulaiman, sehingga tidak patut bagi Dawud menyerahkan seluruh harta kekayaan hanya untuk Sulaiman saja, tanpa menyertakan anak-anaknya yang lain.
Di samping itu, disebutkan dalam kitab Shahih, melalui beberapa jalur, dari sejumlah sahabat, Rasulullah bersabda, “Kami (para nabi) tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.”
Riwayat lain menyebutkan, “Kami para nabi, tidak diwarisi.” Rasulullah mengabarkan, bahwa harta benda para nabi tidak diwarisi seperti halnya orang lain. Setelah meninggal, harta benda mereka adalah sedekah untuk orang-orang fakir dan yang memerlukan bantuan, tidak secara khusus diberikan kepada sanak kerabat, karena dunia bagi mereka sangat hina dan tiada harganya, sama halnya bagi Rabb yang mengutus, memilih, dan memberi mereka kelebihan.
Kelebihan Nabi Sulaiman a.s
Kerajaan Nabi Sulaiman
Sulaiman juga menguasai bahasa binatang-binatang lain, dan berbagai jenis makhluk. Dalilnya adalah kata-kata Sulaiman setelah ayat-ayat di atas, “Dan kami diberi segala sesuatu,” yaitu apa pun yang diperlukan seorang raja, seperti pasukan, alat-alat perang, prajuritprajurit dari golongan jin, manusia, burung, binatang liar, setan, ilmu, pemahaman, bisa mengungkapkan isi hati seluruh makhluk yang berbicara ataupun yang tidak.
Setelah itu Sulaiman berkata, “Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata,” yaitu karunia dari Pencipta seluruh makhluk, Pencipta bumi dan langit, seperti yang Allah firmankan,
“Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib.
Hingga ketika mereka sampai di “Waadin-Naml”(lembah semut), berkatalah seekor semut, ‘Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.
‘Maka tersenyumlah Nabi Sulaiman mendengar kata-kata semut itu, dan berdoa dengan berkata:” Wahai Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmatMu yang Engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku, dan supaya aku tetap mengerjakan amal soleh yang Engkau redai; dan masukkanlah daku – dengan limpah rahmatMu – dalam kumpulan hamba-hambaMu yang soleh”.
(An-Naml: 17-19)
Sulaiman a.s Memahami Bahasa Haiwan
Seperti firman Allah di atas pada surah an-Naml, Nabi Sulaiman mampu berbicara dengan semut. Baginda juga mampu berbicara dengan burung,
Allah berfirman, “Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia termasuk yang tidak hadir? Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.’ Maka tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, ‘Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita yang meyakinkan.
(An-Naml: 20-22)
Nabi Sulaiman Mengawal Angin
Dan (Kami mudahkan) bagi Nabi Sulaiman angin yang kencang tiupannya, bertiup menurut kehendaknya ke negeri yang Kami limpahi berkat padanya; dan adalah Kami mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.
(Al-Anbiya’: 81)
Nabi Sulaiman Dan Ratu Balqis
Kisah tentang Sulaiman a.s dan Ratu Balqis terakam dalam al-Quran di Surah An-Naml, kisahnya bermula dengan ketiadaan burung Hudhud(belatuk) ketika dalam sebuah perjumpaan,
Burung belatuk itu tidak lama ghaibnya selepas itu, lalu datang sambil berkata (kepada Nabi Sulaiman): “Aku dapat mengetahui secara meliputi akan perkara yang engkau tidak cukup mengetahuinya, dan aku datang kepadamu dari negeri Saba’ dengan membawa khabar berita yang diyakini kebenarannya.
“Sesungguhnya aku dapati seorang perempuan memerintah mereka dan ia telah diberikan kepadanya (serba sedikit) dari tiap-tiap sesuatu (yang diperlukan) dan ia pula mempunyai singgahsana yang besar.
“Aku dapati raja perempuan itu dan kaumnya sujud kepada matahari dengan meninggalkan ibadat menyembah Allah, dan Syaitan pula memperelokkan pada pandangan mereka perbuatan (syirik) mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (yang benar); oleh itu mereka tidak beroleh petunjuk, –
“(Mereka dihalangi oleh Syaitan) supaya mereka tidak sujud menyembah Allah yang mengeluarkan benda yang tersembunyi di langit dan di bumi, dan yang mengetahui apa yang kamu rahsiakan serta apa yang kamu zahirkan.
(An-Naml: 22-25)
Setelah mendengar laporan dari burung Hudhud, Sulaiman mengirim surat berisi seruan untuk taat kepada Allah, taat kepada rasul-Nya, kembali kepada-Nya, tunduk untuk bergabung dalam kekuasaan rasulNya. Karena itu Sulaiman berkata kepada mereka, “janganlah engkau berlaku sombong terhadapku,” yaitu jangan bersikap sombong untuk taat padaku dan mengerjakan perintah-perintahku, “Dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri,” yaitu datanglah kepadaku dalam keadaan bersedia mendengar dan taat, tanpa permusuhan ataupun rayuan.
Saat surat Sulaiman datang dibawa burung Hudhud. Sejak saat itu, orang-orang mulai menggunakan kertas. Namun, jauh sekali perbedaan bintang dengan tanah! Surat ini bisa dimengerti oleh siapa pun yang mau mendengar dan taat. Sejumlah mufassir dan lainnya menyebutkan, Hudhud membawa surat tersebut lalu datang ke istana Balqis dan menjatuhkan surat tersebut kepadanya saat ia berada seorang diri. Hudhud berdiri di salah satu sudut ruangan untuk menantikan jawaban dari surat tersebut.
Balqis kemudian mengumpulkan para Amir, menteri, dan pembesar kerajaan untuk bermusyawarah. “Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya, telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.”la bacakan bagian awal suratnya terlebih dahulu, “Sesungguhnya, (surat) itu dari Sulaiman,” lalu ia baca isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombor terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri,” ia kemudian memusyawarahkan masalah ini. Ia bersikap santun dan berbicara kepada mereka, sementara mereka mendengar.
“Dia (Balqis) berkata, ‘Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku),” yaitu aku tidak memutuskan perkara apa pun kecuali saat kalian hadir, “Mereka menjawab, ‘Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang),” maksudnya, kami memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berperang dan melawan pasukan musuh. Jika kau menginginkan kami berperang, kami mampu menjalankannya. Meski demikian, “Keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan,” mereka bersedia mendengar dan taat, mereka menyampaikan bahwa mereka memiliki kemampuan, dan mereka serahkan masalah tersebut kepadanya agar ia mempertimbangkan mana putusan yang tepat baginya, dan juga bagi mereka.
Pandangan Balqis lebih tepat dan pandangan mereka, ia tahu bahwa si pengirim surat tersebut adalah raja yang tak terkalahkan, tidak bisa dihalangi, tidak bisa ditentang ataupun ditipu. “Dia (Balqis) berkata, ‘Sesungguhnya, raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat.” Dengan pandangannya yang lurus, Balqis mengatakan, “Sungguh, andai raja ini mengalahkan kerajaanku, yang dia inginkan hanyalah aku, perlakuan dan serangan keras hanya akan ditujukan padaku saja.
“Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu,” Balqis bermaksud untuk memberikan hadiah yang ia kirimkan, ia tidak tahu bahwa Sulaiman tidak mau menerima apa pun dari mereka, karena mereka kafir, dan pasukan yang dimiliki Sulaiman mampu mengalahkan mereka.
Maka apabila (utusan pembawa hadiah itu) datang mengadap Nabi Sulaiman, berkatalah Nabi Sulaiman (kepadanya): “Tidaklah patut kamu memberikan kepadaku pemberian harta-benda, kerana apa yang telah diberikan Allah kepadaku lebih baik dari apa yang telah diberikanNya kepada kamu; (bukan aku yang memandang kepada pemberian hadiah) bahkan kamulah yang bergembira dengan hanya kekayaan yang dihadiahkan kepada kamu (atau yang kamu hadiahkan dengan perasaan megah).
“Kembalilah kepada mereka, (jika mereka tidak juga mahu beriman) maka demi sesungguhnya Kami akan mendatangi mereka dengan angkatan tentera yang mereka tidak terdaya menentangnya, dan kami akan mengeluarkan mereka dari negeri Saba’ dengan keadaan hina, menjadi orang-orang tawanan.”[27:36-37]
Utusan itu kembali ke negeri Saba dan menceritakan pengalaman yang dialami di Yaman kepada Ratu Balqis, sehingga dia berhajat untuk berjumpa sendiri dengan Sulaiman. Keinginan Ratu Balqis itu diketahui Nabi Sulaiman terlebih dulu dan beliau memerintahkan tenteranya, terdiri daripada manusia, haiwan dan jin untuk membuat persiapan bagi menyambut kedatangan Ratu Balqis. Nabi Sulaiman juga memerintahkan pasukannya supaya membawa singgahsana Ratu Balqis ke istananya.
Nabi Sulaiman berkata pula (kepada golongan bijak pandainya): “Wahai pegawai-pegawaiku, siapakah di antara kamu yang dapat membawa kepadaku singgahsananya sebelum mereka datang mengadapku dalam keadaan berserah diri memeluk Islam?”
Berkatalah Ifrit dari golongan jin: “Aku akan membawakannya kepadamu sebelum engkau bangun dari tempat dudukmu, dan sesungguhnya aku amatlah kuat gagah untuk membawanya, lagi amanah”.
Berkata pula seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari Kitab Allah: “Aku akan membawakannya kepadamu dalam sekelip mata!” Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di sisinya, berkatalah ia: “Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberianNya. Dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah”.
(An-Naml: 38-40)
Peristiwa itu menyebabkan Ratu Balqis berasa sangat aib dan menyedari kelemahannya, sehingga dia memohon ampun atas kesilapannya selama ini dan akhirnya dia diperisterikan oleh Nabi Sulaiman.
Kewafatan Nabi Sulaiman
Kisah Sulaiman merangkumi tenteranya yang terdiri daripada manusia, haiwan dan jin dalam menjalankan dakwah Allah terhadap Ratu Balqis. Kematian baginda berlainan dengan manusia biasa. Nabi Sulaiman wafat dalam keadaan duduk di kerusi, dengan memegang tongkat sambil mengawasi dan memerhatikan jin yang bekerja.
Firman Allah: “Tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka setelah kematiannya itu melainkan anai-anai yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, nyatalah bagi jin itu bahawa sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam seksa yang menghinakan.“
Wallahua’lam